Jumat, 30 Mei 2014

Tekanan Teman Sebaya

“Ayo, kenapa sih? Senang sedikitlah.”
 “Semua pergi kesana. Ayo!”
 “Hei, kita gak bakal ketahuan. Nggak bakal ada yang tau.”
“Apa? Kamu pengecut, ya? Cobain dulu. Kamu pasti suka.”
Apa kalimat-kalimat diatas terdengar akrab? Pasti. Kamu pasti pernah dengar ajakan itu dan ajakan serupa dari teman sebaya kamu-orang yang usianya hampir sama dengan kamu yaitu teman, teman sekelas, atau kenalan kamu. Pertanyaan-pertanyaan diatas merupakan salah satu penerapan tekanan sebaya. Tujuannya adalah membuat kamu merasa disingkirkan dan diejek kalau kamu gak mengikuti kelompok. Ini adalah suatu bentuk pemaksaan emosi. Dengan kata lain, kamu mungkin merasa bahwa kamu harus melakukan sesuatu atau menghadapi resiko kehilangan semua kesenangan yang bisa dibrikan kelompok sebaya. Apakah kamu butuh kelomok teman sebaya? Tentu. Kita semua butuh penerimaan dan pengakuan. Kita butuh dukungan teman dan kenalan. Ada rasa nyaman dan memiliki. Itu adalah manfaat perasaan dibutuhkan dan disukai. Tapi kelompok sebaya juga bisa negatif. Bagaimana bisa tau kalau tekanan teman sebaya itu negatif? Kadang-kadang ini sulit banget. Sebagian sebabnya adalah kenyataan bahwa remaja berada di tahun-tahun “antara”. Kamu begitu dekat sama masa dewasa, tapi belum berada dimasa itu. Dan kamu bukan lagi anak-anak. Kadang-kadang kamu menginginkan jawaban dan bantuan dari orangrua, tapi kamu juga ingin mandiri. Nggak mudah mengetahui dengan pasti bagaimana menggabung-gabungkan semua ini sehingga membentuk suatu hasil yang baik. Tantangan adalah bagaimana mencari cara untuk dapat diterima oleh teman sebaya kamu dan juga dapat memenuhi harapan orang tua. Ini artinya pakai semua pengalaman dan pengetahuan kamu, meramunya dan akhirnya membuat keputusan sendiri. Ada dua tekanan teman sebaya-postif dan negatif. Tekanan sebaya nggak semuanya buruk. Misalnya, punya teman yang mendorong kamu berusaha lebih keras disekolah atau olahrga bisa bikin kamu lebih bersemangat kalau kamu belum melakukan yang terbaik. Teman bisa mencegah kamu supaya gak melalaikan kewajiban kamu dan menolong kamu waktu kamu lagi bete. Mereka bisa memotivasi serta mengarahkan kamu ke arah yang benar. Banyak anak berhasil meninggalkan kebiasaan merusak diri sendiri, seperti minum, pakai narkoba, dan bahkan bunuh diri karena adanya kelompok sebaya yang penuh perhatian. Itu adalah tekanan sebaya positif, dan mestinya ini gak diabaikam atau dianggap remeh. Sayangnya, tekanan sebaya sering muncul dari sudut lain. Hal-hal yang buruk bisa kelihatan menarik buat kamu, dan kelompok sebaya bisa bikin hal-hal itukelihatan bagus. Ada kekhawatiran tambahan bahwa anak-anak gak bakal menyukai kamu atau bakal menyangka kamu orang luar atau orang aneh. Sayang, memang. Tapi orangtua kadang-kadang tidak dapat membantu. Ada orang tua yang terlalu menyederhanakan masalah yang kamu hadapi. Peristiwa besar dalam hidup kamu mungkin kelihatan remeh atau konyol bagi mereka. Mungkin mereka sudah luapa alangkah besarnya tekanan yang harus dihadapi didalam kelompok sebaya. Mereka lupa alangkah hebatnya perasaan-perasaan itu waktu kamu mengalaminya pertama kali. Sekali waktu, orang dewasa tentu memberi kamu jawaban “frontal dan langsung” untuk menyelesaikan masalah kamu. Pernahkah kamu mendengar kata-kata seperti ini?
“Tenang aja!”
“Dewasalah!”
“Lupakan saja.”
“Jangan seperti anak kecil.”
“Masalh kecil, kamu bakal cepat melupakannya.”
 “Kamu mau tahu yang namanya masalah? Dulu saya punya banyak masalah. Waktu saya masih kecil.” Dan tentu saja kamu pernah mendengar “jawab saja nggak” berkali-kali. Ini salah satu ungkapan yang serimh kita temui di generasi kita. Dan meskipun ini adalah ide yang sangat baik, nggak mudah untuk melepaskan diri begitu saja. Banyak masalah remaja yang terlalu kompleks untuk ditangani dengan respons sederhana saja. Misalnya, berapa banyak teman kamu yamg bisa menerims jawaban “nggak” kamu pada waktu mereka mengajak kamu pergi bersama? Berapa banyak yang mengatakan “Oh, itu pilihan bagus. Kamu telah berpikir dengan bijak. Kamu harus bangga dengan diri kamu sendiri.” Nggak banyak kan? Kalau kamu seperti orang kebanyakan, kamu bakal terus dibujuk dan terus diganggu supaya mengikuti kelompok kebanyakan. Kalau tekanan berasal dari teman atau orang yang ingin kamu ajak berteman, sulit untuk menolaknya. Kelompok sebaya itu punya pengaruh kuat dan bisa menekan kamu dengan kuat sehingga kamu ikut dengan kelompok itu. Dan lagi, siapa yang ingin dipermainkan dan diasingkan? Tapi ada waktunya kamu menjawab “nggak”. Menjawab “nggak perlu keberanian dan tekad yang besar. “Sering ada perbedaan antara alasan bagus dan alasan yang kedengarannya bagus.” Hal pertama yang harus kamu lakukan kalau ada teman-teman kamu yang membujuk kamu untuk melakukan sesuatu adalah berpikir. Sering sekali, anak muda mendapat masalah hanya karena ikut-ikut kelompok. Generasi kamu sama saja dengan generasi-generasi sebelumnya. Ada sesuatu tentang masa muda yang membuat mereka merasa nggak terkalahkan, bahwa nggak ada yang bisa menyakiti mereka. Dan banyak remaja, kata terburuk dari orangtua adalah “jangan”.
Berikut ada saran-saran yang mungkin bisa membantu :
1. Pikirkan tindakan apa yang diinginkan kelompok dari kamu.
2. Pikirkan dampak apa yang akan terjadi
3. Putuskan sebelumnya apa yang akan kamu lakukan dan kamu katakan.
4. Pikirkan pilihan-pilihanmu. Pada dasarnya, ada empat hal yang bisa kamu lakukan: • Katakan “ya” • Katakan “tidak” • Berkompromi • Menunda
5. Berpegang teguhlah pada nilai-nilai dan moralmu
6. Bicaralah pada teman-teman dekat kamu
7. Percaya pada hati nurani kamu
8. Bersikap tegaslah
9. Bicaralah pada orang tua kamu
10. Bicaralah pada orang dewasa yang kamu percaya



 “Ukuran sifat sejati seseorang adalah apa yang dia lakukan kalau dia tahu dia nggak bakal tertangkap”

 “Kekuatan kita terlihat pada hal-hal yang kita pertahankan. Kelemahan kita terlihat pada hal-hal yang kita langgar”

 “Lebih baik memikirkan apa yang ingin kamu lakukan daripada menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan apa yang telah kamu lakukan”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar