Jumat, 30 Mei 2014

Pelajar Yang Tidak Biasa

Pelajar yang tidak biasa adalah anak-anak yang memilki ganguan atau ketidakmampuan dan anak-anak yang tergolong berbakat. Kira-kira 10 persen anakAS yang menderita ganguan telah mendapatkan pendidikan khusus. Lebih dari 50 persen yang diklasifikasikan sebagai anak penderita ganguan atau ketidakmampuan belajar (dalam klasifikasi federal, ini menyangkut attention deficit hyper activity disorder (ADHDI). Persentasi substansial dari anak penderita ketidakmampuan mencangkup reterdasi mental, ganguan bicara dan bahasa, atau ganguan emosional serius. Istilah anak dengan ketidakmampuan kini lebih banyak dipakai ketimbang istilah “anak cacat” dan karenanya anak penderita ketidakmampuan ini tak lagi disebut “anak cacat”. Disability adalah keterbatasan fungsi yang membatasi kemampuan seseorang. Handicap adalah kondisi yang dinisbahkan kepada seseorang yang menderita ketidakmampuan. Ganguan Indra Ganguan sensoris antara lain adalah gangguan visual dan pendengaran. Ganguan visual mencangkup penglihatan lemah (low vision) dan buta. Anak-anak yang menderita low vision punya jarak pandang antara 20/70 dan 20/200 (pada skala Snellen dimana angka normalnya adalah 20/20) apabila dibantu lensa korektif. Aanak low vision bisa membaca buku dengan huruf besar-besar atau dengan bantuan kaca pembesar. Aank yang “buta secara edukasional” (educatially blind) tidak bisa mengguanakan penglihatan mereka untuk belajar dan harus menggunakan pendengaran dan sentuhan untuk belajar. Banyak anak buta punya kecerdasan normal dan berprestasi secara kademik apabila diberi dukungan dan bantuan belajar yang tepat. Salah satu tugas penting untuk mengajar anak yang menderita ganguan atau kerusakan penglihatan ini adalah menentuksn modalitas (seperti sentuhan atau pendengaran) yang dengannya murid dapat belajar dengan baik. Strategi pendidikan untuk murid yang menderita gangguan pendengaran dibagi menjadi 2 kelompok : oral dan manual. Kedua pendengaran i ni makin banyak dipakai untuk murid dalam pendekatan komunikasi total. Ganguan Fisik Gangguan fisik antara alain : Ganguan Ortopedik, ganguan ini biasanya berupa keterbatasan gerak atau kurang mampu mengontrol gerak karena ada masalah di otot, tulang, atau sendi. Contohnya seperti ganguan karena cedera diotak (cerebral palsy). Cerebral palsy adalah ganguan yang berupa lemahnya koordinasi otot, tubuh sangat lemah dan goyah (shaking), atau bicaranya tidak jelas. Ganguan kejang-kejang (seizure). Jenis yang paling kerab dijumpai adalah epilepsi, ganguan sarf yang biasanya ditandai dengan serangan terhadap sensorimotor atau kejang-kejang. Retardasi mental adalah kondisi yang tampak sebelum umur 18 tahun, yakni kecerdasan rendah (biasanya IQ dibawah 70) dan kesulitan beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Retardasi mental diklasifikasikan dalam term empat kategori terutama berdasarkan pada skor IQ: ringan, moderat, berat dan parah.Sistem klasifikasi yang baru didasarkan pada level dukungan yang dibutuhkan. Penyebab retardasi mental antara lain faktor genetik (seperti dalam Down syndrome dan fragile X syndrome) dan kerusakan otak (yang mungkin disebabkan oleh infeksi , seperti AIDS) dan faktor lingkungan. Gangguan Bicara dan Bahasa Ganguan bicara dan bahasa antara lain problem dalam bicara (seperti ganguan artikulasi, ganguan suara dan ganguan kefasihan) dan problem bahasa (kesulitan menagkap dan mengekpresikan bahasa). Ganguan artikulasi adalah problem dalam pelafalan kata secara benar. Ganguan suara tampak dalam bicara yang terlalu keras, kasar atau terlalu lemah. Anak dengan bibir sumbing biasanya mengalami ganguan jenis ini. Ganguan kefasihan biasanya kita kenal dengan istilah “gagap”. Ganguan bahasa adalah kerusakan signifikan dalam bahasa resektif dan ekpresi anak. Bahasa reseptif adalah penerimaan dan pemahaman bahasa. Bahasa ekpresif adalah bahasa untuk mengekpresikan pikiran seseorang dan berkomunikasi dengan orang lain. Ketidakmampuan Belajar Anak dengan ganguan atau ketidakmampuan belajar biasanya punya kecerdasan normal atau lebih, mereka setidaknya kesulitan dalam satu bidang akademik atau lebih, dan kesulitan itu tidak berkaitan dengan ganguan yang lain seperti retardasi mental. Mendiagnosis apakah anak punya ganguan belajar atau tidak adalah tugas sulit. Kemungkinan anak lelaki punya ganguan belajar adalah tiga kali lebih banyak ketimbanga anka perempuan. Dyslexia adalah ganguan parah dalam kemampuan membaca dan mengeja. Anak dengan ketidakmampuan belajar kerap mengalami kesulitan menulis dengan tangan, menngeja atau menyusun kalimat, dan kesulitan dalam bidang matematika. Ada kontroversi seputar kategori “ketidakmampuan belajar” beberapa kritikus percaya bahwa kategori itu adalah hasil dari diagnosis yang berlebihan; yang lainnya tidak percaya. Diagnosis sulit terutama untuk ganguan yang ringan. Identifikasi awal terhadap anak yang mungkin menderita ganguan belajar sering sekali dilakukan oleh guru dikelas, yang kemudian meminta ahli untuk mengevaluasi anak itu. Banyak intervensi untuk ketidakmampuan belajar difokukan pada kemampuan membaca dan mencangkup sterategi seperti peningkatan keterampilan decoding. Keberhasilan intervensi akan tergantung kepada training dan keahlian guru. Attention Deficit Hiperactivity Disorder Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) adalah ketidakmampuan dimana anak menunjukkan problem yang terus-menerus, ciri=cirinya seperti : kurang perhatian , hiperaktif, dan impulsif. Walaupun tanda-tanda ADHD mungkin ada dimasa kanak-kanak awal, diagnosis ADHD sering kali baru dilakukan pada masa SD. Bnayak pakar merekomendasi kembinasi intervensi medis, akademik, dan behavioral untuk membantu murid ADHD belajar menyesuaikan diri. Ganguan Perilau dan Emosional Ganguan perilaku dan emosional terdiri dari problem serius yang menyangkut hubungan, agresi, depresi, rasa takut yand diasosiasikan dengan persoalan personal atau sekolah, dan ganguan sosioemosional lainnya. Istilah ganguan emosional serius belakangan inin= dipakai untuk mendeskripsikan kategori ganguan ini, walaupun banyak krtikan. Dalam perilaku yang sangat agresif dan tidak dapat dikontrol, murid akan dikeluarkan dari kelas. Problem ini lebih banyak dialami anak lelaki ketimbang anak perempuan. Problem depresi, kecemasan, takut, dan memendam perasaan biasanya lebih banyak dialami anak perempuan ketimbang anak lelaki. Anak Berbakat Anak berbakat biasanya punya kecerdasan diatas rata-rata ( IQ ± 130 atau punya bakat u ggul di berbagai bidang, seperti seni, musik, atau matematika). Beberapa kritikus mengatakan bahwa program anak berbakat terlalu banyak memasukkan anak berkulit putih non-Latino yang hanya cerdas biasa dan biasanya kooperatif. Winner mendeskripsikan anak berbakat sebagai anak yang punya tiga karakteristik utama: matang sebelum waktunya, belajar menuruti kemauan mereka sendiri, dan semangat untuk menguasai. Studi Terman mengungkapkan kehidupan banyak anak sukses yang berbakat. Banyak anak dalam studi Terman bukan hanya punya IQ tinggi, tetepi juga berasal dari keluarga kelas menengah keatas dimana orang tuanya memantau dan membimbing prestasi mereka. Kebanyakan anak berbakat tidak punyaganguan emosional. Aank berbakat yang tidak merasa tertantang dapat menimbulkan problem disekolah. Program sekolah yang tersedia untuk anak berbakat antara lain yaitu kelas khusus (program “pullout”), akselerasi, pengayaan, mentor, dan program pelatihan, serta program kerja/studi pelayanan masyarakat. Debat difokuskan pada apakah program akselerasi atau pengayaan adalah yang paling baik bagia anak berbakat. Aank berbakat amakin banyak didik dikelas reguler. Beberapa pakar merekomendasikan agar standar di kelas dinaikkan sehingga membantu anakberbakat, walaupun program seperti mentoring dan pelajaran tambahan mungkin diperlukan anak berbakat yang merasa tidak tertantang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar