Mendesain Lingkungan Fisik Kelas
Prinsip dasar mendesain lingkungan fisik kelas yang efektif adalah :
1. Menguragi kepadatan diarea yang menjadi tempat lalu-lalang.
2. Memastikan anda bisa melihat semua murid dengan mudah
3. Materi yang sering dipakai dan perlengkapan murid harus mudah diakses.
4. Memastikan agar semua murid dapat melihat presentasi kelas
Gaya penataan kelas
:
- Gaya auditorium ; gaya susunan kelas dimana semua murid duduk
menghadap guru
- Gaya taap muka ; gaya susunan kelas dimana murid saling menghadap
- Gaya off-set ; gaya susunan kelas dimana sejumlah murid (biasanya tiga atau empat anak)duduk dibangku, tapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain
- Gaya seminar ; gaya susunan kelas dimana sejumlah besar murid (sepuluh atau lebih) dudk di susunan berbentuk lingkaran, atau persegi, atau berbentuk U
- Gaya klaster ; gaya susunan kelas dimana sejumlah murid (biasanya empat sampai delapan anak) bekerja dalam kelompok kecil
Menciptakan lingkungan kelas yang positif
Strategi umum mencangkup penggunaan gaya otoritatif dan manajemen aktivitas kelas secara efektif. Gunakan manajemen kelas otoritatif, bikan otoriter atau prmisif. Gaya otoritatif adalah melakukan percakapan dengan murid, memperhatikan murid dan membatasi prilaku murid jika dibutuhkan. Pengajaran yang otoritatif brhubungan dengan perilaku murid yang kompeten. Karya Kounin mengungkapkan karakteristik lain yang berhubungan dengan manajemen kelas yang efektif ; withness, mengatasi situasi yang tumpang tindih, menjaga kelancaran dan kontiunitas pelajaran, dan melibatkan murid dalam berbagai aktivitas yang menantang.
Aturan kelas harus : (1). Masuk akal dan perlu, (2). Jelas dan dapat dipahami, (3). Konsisten dengan tujuan intruksional dan pembelajaran;dan (4). Kompatiebel dengan aturan kelas.
Mengajak murid untuk bekerja sama
Agar murid mau bekerja sama maka diperlikan :
1. Pengembangan hubungan positif dengan murid
2. Mengajak murid berbagi dan mengemban tanggung jawab (melibatkan murid dalam perencanaan implementasi inisiatif sekolah dan kelas, mendorong murid untuk menilai perilaku merekasendiri, jangan menerima alasan-alasan, dan bersabar sampai sterategi pemberian tanggung jawab ini bisa bekerja.
3. Memberi imbalan pada perilaku yang tepat (memilih penguat yang efektif, menggunakan prompts dan shaping secara efektif , dan menggunakan hadiah yang mengandung informasi penguasaan keahlian)
Bebrapa komunikasi yang baik bagi guru maupun murid
Anda dan murid anda akan mendapat banyak manfaat jika anda punya keahlian berbicara yang efektif dan anda membantu murid anda dalam mengembangkan keahlian berbicara mereka. Bebicara efektif didepan kelas dan murid harus menggunakan pesan yang jelas, menggunakan pesan “saya”, bersikap asertif, dan menghindari rintangan komunikasi verbal. Baik guru maupun murid harus mengetahui cara bebicara dan berpidato secara efektif.
Keterampilan mendengar
Mendengar aktif adalah ketika seseorang pmemberi perhatian penuh pada pembicara, fokus pada isi intelektual dan emosional dari pesan.
Beberapa sterategi mendengarkan aktif antara lain ;
1. Memberi perhatian pada orang yang berbicara
2. Parafrasa
3. Mensintesiskan tema dan pola
4. Memberi tanggapan secara kompeten.
Sejumlah pakar komunikasi percaya bahwa mayoritas komunikasi adalah komunikasi non verbal. Sulit untuk menutupi komunikasi nonverbal, sehinnga lebih baik kita menyadari bahwa komunikasi nonverbal biasanya mereflikasikan perasaan orang. Komunikasi nonverbal menggunakan ekpresi muka, mata, sentuhan, ruang dan diam.
Menghadapi perilaku bermasalah
Intervensi dapat di bagi menjadi intervensi minor atau moderat. Intervensi minor menggunakan isyarat nonverbal, mempertahankan laju aktivitas, mendekati murid, mengarahkan perilaku, memberi intruksi yang dibutuhkan, menyuruh murid menghentikan suatu perilaku, dan memberi pilihan kepada murid. Intervensi moderat antara lain dengan mencabut privilese atau melarang murid melakukan aktivitas yang disenaginya, membuat perjanjian behavioral, mengasosiasikan atau mengeluarkan murid dari kelas, dan memberi hukuman. Strategi manajemen yang baik adalah menggunakan sumber daya pendukung. Sumber daya ini antara lain teman sebaya sebagai mediator, orang tua, kepala sekolah atau konselor, dan mencari mentor untuk murid.
Kekerasan disekolah kini semakin memperhatinkan. Maka kita harus bersiap menghadapi tindakan agresif murid sehingga nanti kita bisa menghadapinya dengan tenang. Hindarilah berbantahan atau konfrontasi emosional. Berikut beberapa pedoman untuk mengatasi perkelahian, bulliying, dan pembangkangan atau pemusuhan terhadap guru. Program efektif untuk mengelola perilaku di kelas antara lain program pengayaan kompentensi sosial, manajemen tiga C yang terdiri dari : Cooperatif Community, Contructif Conflict resolution, civic values dan mendukung pengelolaan kelas berorientasi murid (Classroom Organization and Management Program [COMP].
Jumat, 30 Mei 2014
Tekanan Teman Sebaya
“Ayo, kenapa sih? Senang sedikitlah.”
“Semua pergi kesana. Ayo!”
“Hei, kita gak bakal ketahuan. Nggak bakal ada yang tau.”
“Apa? Kamu pengecut, ya? Cobain dulu. Kamu pasti suka.”
Apa kalimat-kalimat diatas terdengar akrab? Pasti. Kamu pasti pernah dengar ajakan itu dan ajakan serupa dari teman sebaya kamu-orang yang usianya hampir sama dengan kamu yaitu teman, teman sekelas, atau kenalan kamu. Pertanyaan-pertanyaan diatas merupakan salah satu penerapan tekanan sebaya. Tujuannya adalah membuat kamu merasa disingkirkan dan diejek kalau kamu gak mengikuti kelompok. Ini adalah suatu bentuk pemaksaan emosi. Dengan kata lain, kamu mungkin merasa bahwa kamu harus melakukan sesuatu atau menghadapi resiko kehilangan semua kesenangan yang bisa dibrikan kelompok sebaya. Apakah kamu butuh kelomok teman sebaya? Tentu. Kita semua butuh penerimaan dan pengakuan. Kita butuh dukungan teman dan kenalan. Ada rasa nyaman dan memiliki. Itu adalah manfaat perasaan dibutuhkan dan disukai. Tapi kelompok sebaya juga bisa negatif. Bagaimana bisa tau kalau tekanan teman sebaya itu negatif? Kadang-kadang ini sulit banget. Sebagian sebabnya adalah kenyataan bahwa remaja berada di tahun-tahun “antara”. Kamu begitu dekat sama masa dewasa, tapi belum berada dimasa itu. Dan kamu bukan lagi anak-anak. Kadang-kadang kamu menginginkan jawaban dan bantuan dari orangrua, tapi kamu juga ingin mandiri. Nggak mudah mengetahui dengan pasti bagaimana menggabung-gabungkan semua ini sehingga membentuk suatu hasil yang baik. Tantangan adalah bagaimana mencari cara untuk dapat diterima oleh teman sebaya kamu dan juga dapat memenuhi harapan orang tua. Ini artinya pakai semua pengalaman dan pengetahuan kamu, meramunya dan akhirnya membuat keputusan sendiri. Ada dua tekanan teman sebaya-postif dan negatif. Tekanan sebaya nggak semuanya buruk. Misalnya, punya teman yang mendorong kamu berusaha lebih keras disekolah atau olahrga bisa bikin kamu lebih bersemangat kalau kamu belum melakukan yang terbaik. Teman bisa mencegah kamu supaya gak melalaikan kewajiban kamu dan menolong kamu waktu kamu lagi bete. Mereka bisa memotivasi serta mengarahkan kamu ke arah yang benar. Banyak anak berhasil meninggalkan kebiasaan merusak diri sendiri, seperti minum, pakai narkoba, dan bahkan bunuh diri karena adanya kelompok sebaya yang penuh perhatian. Itu adalah tekanan sebaya positif, dan mestinya ini gak diabaikam atau dianggap remeh. Sayangnya, tekanan sebaya sering muncul dari sudut lain. Hal-hal yang buruk bisa kelihatan menarik buat kamu, dan kelompok sebaya bisa bikin hal-hal itukelihatan bagus. Ada kekhawatiran tambahan bahwa anak-anak gak bakal menyukai kamu atau bakal menyangka kamu orang luar atau orang aneh. Sayang, memang. Tapi orangtua kadang-kadang tidak dapat membantu. Ada orang tua yang terlalu menyederhanakan masalah yang kamu hadapi. Peristiwa besar dalam hidup kamu mungkin kelihatan remeh atau konyol bagi mereka. Mungkin mereka sudah luapa alangkah besarnya tekanan yang harus dihadapi didalam kelompok sebaya. Mereka lupa alangkah hebatnya perasaan-perasaan itu waktu kamu mengalaminya pertama kali. Sekali waktu, orang dewasa tentu memberi kamu jawaban “frontal dan langsung” untuk menyelesaikan masalah kamu. Pernahkah kamu mendengar kata-kata seperti ini?
“Tenang aja!”
“Dewasalah!”
“Lupakan saja.”
“Jangan seperti anak kecil.”
“Masalh kecil, kamu bakal cepat melupakannya.”
“Kamu mau tahu yang namanya masalah? Dulu saya punya banyak masalah. Waktu saya masih kecil.” Dan tentu saja kamu pernah mendengar “jawab saja nggak” berkali-kali. Ini salah satu ungkapan yang serimh kita temui di generasi kita. Dan meskipun ini adalah ide yang sangat baik, nggak mudah untuk melepaskan diri begitu saja. Banyak masalah remaja yang terlalu kompleks untuk ditangani dengan respons sederhana saja. Misalnya, berapa banyak teman kamu yamg bisa menerims jawaban “nggak” kamu pada waktu mereka mengajak kamu pergi bersama? Berapa banyak yang mengatakan “Oh, itu pilihan bagus. Kamu telah berpikir dengan bijak. Kamu harus bangga dengan diri kamu sendiri.” Nggak banyak kan? Kalau kamu seperti orang kebanyakan, kamu bakal terus dibujuk dan terus diganggu supaya mengikuti kelompok kebanyakan. Kalau tekanan berasal dari teman atau orang yang ingin kamu ajak berteman, sulit untuk menolaknya. Kelompok sebaya itu punya pengaruh kuat dan bisa menekan kamu dengan kuat sehingga kamu ikut dengan kelompok itu. Dan lagi, siapa yang ingin dipermainkan dan diasingkan? Tapi ada waktunya kamu menjawab “nggak”. Menjawab “nggak perlu keberanian dan tekad yang besar. “Sering ada perbedaan antara alasan bagus dan alasan yang kedengarannya bagus.” Hal pertama yang harus kamu lakukan kalau ada teman-teman kamu yang membujuk kamu untuk melakukan sesuatu adalah berpikir. Sering sekali, anak muda mendapat masalah hanya karena ikut-ikut kelompok. Generasi kamu sama saja dengan generasi-generasi sebelumnya. Ada sesuatu tentang masa muda yang membuat mereka merasa nggak terkalahkan, bahwa nggak ada yang bisa menyakiti mereka. Dan banyak remaja, kata terburuk dari orangtua adalah “jangan”.
Berikut ada saran-saran yang mungkin bisa membantu :
1. Pikirkan tindakan apa yang diinginkan kelompok dari kamu.
2. Pikirkan dampak apa yang akan terjadi
3. Putuskan sebelumnya apa yang akan kamu lakukan dan kamu katakan.
4. Pikirkan pilihan-pilihanmu. Pada dasarnya, ada empat hal yang bisa kamu lakukan: • Katakan “ya” • Katakan “tidak” • Berkompromi • Menunda
5. Berpegang teguhlah pada nilai-nilai dan moralmu
6. Bicaralah pada teman-teman dekat kamu
7. Percaya pada hati nurani kamu
8. Bersikap tegaslah
9. Bicaralah pada orang tua kamu
10. Bicaralah pada orang dewasa yang kamu percaya
“Ukuran sifat sejati seseorang adalah apa yang dia lakukan kalau dia tahu dia nggak bakal tertangkap”
“Kekuatan kita terlihat pada hal-hal yang kita pertahankan. Kelemahan kita terlihat pada hal-hal yang kita langgar”
“Lebih baik memikirkan apa yang ingin kamu lakukan daripada menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan apa yang telah kamu lakukan”
“Semua pergi kesana. Ayo!”
“Hei, kita gak bakal ketahuan. Nggak bakal ada yang tau.”
“Apa? Kamu pengecut, ya? Cobain dulu. Kamu pasti suka.”
Apa kalimat-kalimat diatas terdengar akrab? Pasti. Kamu pasti pernah dengar ajakan itu dan ajakan serupa dari teman sebaya kamu-orang yang usianya hampir sama dengan kamu yaitu teman, teman sekelas, atau kenalan kamu. Pertanyaan-pertanyaan diatas merupakan salah satu penerapan tekanan sebaya. Tujuannya adalah membuat kamu merasa disingkirkan dan diejek kalau kamu gak mengikuti kelompok. Ini adalah suatu bentuk pemaksaan emosi. Dengan kata lain, kamu mungkin merasa bahwa kamu harus melakukan sesuatu atau menghadapi resiko kehilangan semua kesenangan yang bisa dibrikan kelompok sebaya. Apakah kamu butuh kelomok teman sebaya? Tentu. Kita semua butuh penerimaan dan pengakuan. Kita butuh dukungan teman dan kenalan. Ada rasa nyaman dan memiliki. Itu adalah manfaat perasaan dibutuhkan dan disukai. Tapi kelompok sebaya juga bisa negatif. Bagaimana bisa tau kalau tekanan teman sebaya itu negatif? Kadang-kadang ini sulit banget. Sebagian sebabnya adalah kenyataan bahwa remaja berada di tahun-tahun “antara”. Kamu begitu dekat sama masa dewasa, tapi belum berada dimasa itu. Dan kamu bukan lagi anak-anak. Kadang-kadang kamu menginginkan jawaban dan bantuan dari orangrua, tapi kamu juga ingin mandiri. Nggak mudah mengetahui dengan pasti bagaimana menggabung-gabungkan semua ini sehingga membentuk suatu hasil yang baik. Tantangan adalah bagaimana mencari cara untuk dapat diterima oleh teman sebaya kamu dan juga dapat memenuhi harapan orang tua. Ini artinya pakai semua pengalaman dan pengetahuan kamu, meramunya dan akhirnya membuat keputusan sendiri. Ada dua tekanan teman sebaya-postif dan negatif. Tekanan sebaya nggak semuanya buruk. Misalnya, punya teman yang mendorong kamu berusaha lebih keras disekolah atau olahrga bisa bikin kamu lebih bersemangat kalau kamu belum melakukan yang terbaik. Teman bisa mencegah kamu supaya gak melalaikan kewajiban kamu dan menolong kamu waktu kamu lagi bete. Mereka bisa memotivasi serta mengarahkan kamu ke arah yang benar. Banyak anak berhasil meninggalkan kebiasaan merusak diri sendiri, seperti minum, pakai narkoba, dan bahkan bunuh diri karena adanya kelompok sebaya yang penuh perhatian. Itu adalah tekanan sebaya positif, dan mestinya ini gak diabaikam atau dianggap remeh. Sayangnya, tekanan sebaya sering muncul dari sudut lain. Hal-hal yang buruk bisa kelihatan menarik buat kamu, dan kelompok sebaya bisa bikin hal-hal itukelihatan bagus. Ada kekhawatiran tambahan bahwa anak-anak gak bakal menyukai kamu atau bakal menyangka kamu orang luar atau orang aneh. Sayang, memang. Tapi orangtua kadang-kadang tidak dapat membantu. Ada orang tua yang terlalu menyederhanakan masalah yang kamu hadapi. Peristiwa besar dalam hidup kamu mungkin kelihatan remeh atau konyol bagi mereka. Mungkin mereka sudah luapa alangkah besarnya tekanan yang harus dihadapi didalam kelompok sebaya. Mereka lupa alangkah hebatnya perasaan-perasaan itu waktu kamu mengalaminya pertama kali. Sekali waktu, orang dewasa tentu memberi kamu jawaban “frontal dan langsung” untuk menyelesaikan masalah kamu. Pernahkah kamu mendengar kata-kata seperti ini?
“Tenang aja!”
“Dewasalah!”
“Lupakan saja.”
“Jangan seperti anak kecil.”
“Masalh kecil, kamu bakal cepat melupakannya.”
“Kamu mau tahu yang namanya masalah? Dulu saya punya banyak masalah. Waktu saya masih kecil.” Dan tentu saja kamu pernah mendengar “jawab saja nggak” berkali-kali. Ini salah satu ungkapan yang serimh kita temui di generasi kita. Dan meskipun ini adalah ide yang sangat baik, nggak mudah untuk melepaskan diri begitu saja. Banyak masalah remaja yang terlalu kompleks untuk ditangani dengan respons sederhana saja. Misalnya, berapa banyak teman kamu yamg bisa menerims jawaban “nggak” kamu pada waktu mereka mengajak kamu pergi bersama? Berapa banyak yang mengatakan “Oh, itu pilihan bagus. Kamu telah berpikir dengan bijak. Kamu harus bangga dengan diri kamu sendiri.” Nggak banyak kan? Kalau kamu seperti orang kebanyakan, kamu bakal terus dibujuk dan terus diganggu supaya mengikuti kelompok kebanyakan. Kalau tekanan berasal dari teman atau orang yang ingin kamu ajak berteman, sulit untuk menolaknya. Kelompok sebaya itu punya pengaruh kuat dan bisa menekan kamu dengan kuat sehingga kamu ikut dengan kelompok itu. Dan lagi, siapa yang ingin dipermainkan dan diasingkan? Tapi ada waktunya kamu menjawab “nggak”. Menjawab “nggak perlu keberanian dan tekad yang besar. “Sering ada perbedaan antara alasan bagus dan alasan yang kedengarannya bagus.” Hal pertama yang harus kamu lakukan kalau ada teman-teman kamu yang membujuk kamu untuk melakukan sesuatu adalah berpikir. Sering sekali, anak muda mendapat masalah hanya karena ikut-ikut kelompok. Generasi kamu sama saja dengan generasi-generasi sebelumnya. Ada sesuatu tentang masa muda yang membuat mereka merasa nggak terkalahkan, bahwa nggak ada yang bisa menyakiti mereka. Dan banyak remaja, kata terburuk dari orangtua adalah “jangan”.
Berikut ada saran-saran yang mungkin bisa membantu :
1. Pikirkan tindakan apa yang diinginkan kelompok dari kamu.
2. Pikirkan dampak apa yang akan terjadi
3. Putuskan sebelumnya apa yang akan kamu lakukan dan kamu katakan.
4. Pikirkan pilihan-pilihanmu. Pada dasarnya, ada empat hal yang bisa kamu lakukan: • Katakan “ya” • Katakan “tidak” • Berkompromi • Menunda
5. Berpegang teguhlah pada nilai-nilai dan moralmu
6. Bicaralah pada teman-teman dekat kamu
7. Percaya pada hati nurani kamu
8. Bersikap tegaslah
9. Bicaralah pada orang tua kamu
10. Bicaralah pada orang dewasa yang kamu percaya
“Ukuran sifat sejati seseorang adalah apa yang dia lakukan kalau dia tahu dia nggak bakal tertangkap”
“Kekuatan kita terlihat pada hal-hal yang kita pertahankan. Kelemahan kita terlihat pada hal-hal yang kita langgar”
“Lebih baik memikirkan apa yang ingin kamu lakukan daripada menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan apa yang telah kamu lakukan”
Pelajar Yang Tidak Biasa
Pelajar yang tidak biasa adalah anak-anak yang memilki ganguan atau ketidakmampuan dan anak-anak yang tergolong berbakat.
Kira-kira 10 persen anakAS yang menderita ganguan telah mendapatkan pendidikan khusus. Lebih dari 50 persen yang diklasifikasikan sebagai anak penderita ganguan atau ketidakmampuan belajar (dalam klasifikasi federal, ini menyangkut attention deficit hyper activity disorder (ADHDI). Persentasi substansial dari anak penderita ketidakmampuan mencangkup reterdasi mental, ganguan bicara dan bahasa, atau ganguan emosional serius. Istilah anak dengan ketidakmampuan kini lebih banyak dipakai ketimbang istilah “anak cacat” dan karenanya anak penderita ketidakmampuan ini tak lagi disebut “anak cacat”. Disability adalah keterbatasan fungsi yang membatasi kemampuan seseorang. Handicap adalah kondisi yang dinisbahkan kepada seseorang yang menderita ketidakmampuan.
Ganguan Indra
Ganguan sensoris antara lain adalah gangguan visual dan pendengaran. Ganguan visual mencangkup penglihatan lemah (low vision) dan buta. Anak-anak yang menderita low vision punya jarak pandang antara 20/70 dan 20/200 (pada skala Snellen dimana angka normalnya adalah 20/20) apabila dibantu lensa korektif. Aanak low vision bisa membaca buku dengan huruf besar-besar atau dengan bantuan kaca pembesar. Aank yang “buta secara edukasional” (educatially blind) tidak bisa mengguanakan penglihatan mereka untuk belajar dan harus menggunakan pendengaran dan sentuhan untuk belajar. Banyak anak buta punya kecerdasan normal dan berprestasi secara kademik apabila diberi dukungan dan bantuan belajar yang tepat.
Salah satu tugas penting untuk mengajar anak yang menderita ganguan atau kerusakan penglihatan ini adalah menentuksn modalitas (seperti sentuhan atau pendengaran) yang dengannya murid dapat belajar dengan baik. Strategi pendidikan untuk murid yang menderita gangguan pendengaran dibagi menjadi 2 kelompok : oral dan manual. Kedua pendengaran i ni makin banyak dipakai untuk murid dalam pendekatan komunikasi total.
Ganguan Fisik
Gangguan fisik antara alain :
Ganguan Ortopedik, ganguan ini biasanya berupa keterbatasan gerak atau kurang mampu mengontrol gerak karena ada masalah di otot, tulang, atau sendi. Contohnya seperti ganguan karena cedera diotak (cerebral palsy). Cerebral palsy adalah ganguan yang berupa lemahnya koordinasi otot, tubuh sangat lemah dan goyah (shaking), atau bicaranya tidak jelas.
Ganguan kejang-kejang (seizure). Jenis yang paling kerab dijumpai adalah epilepsi, ganguan sarf yang biasanya ditandai dengan serangan terhadap sensorimotor atau kejang-kejang.
Retardasi mental adalah kondisi yang tampak sebelum umur 18 tahun, yakni kecerdasan rendah (biasanya IQ dibawah 70) dan kesulitan beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Retardasi mental diklasifikasikan dalam term empat kategori terutama berdasarkan pada skor IQ: ringan, moderat, berat dan parah.Sistem klasifikasi yang baru didasarkan pada level dukungan yang dibutuhkan. Penyebab retardasi mental antara lain faktor genetik (seperti dalam Down syndrome dan fragile X syndrome) dan kerusakan otak (yang mungkin disebabkan oleh infeksi , seperti AIDS) dan faktor lingkungan.
Gangguan Bicara dan Bahasa
Ganguan bicara dan bahasa antara lain problem dalam bicara (seperti ganguan artikulasi, ganguan suara dan ganguan kefasihan) dan problem bahasa (kesulitan menagkap dan mengekpresikan bahasa). Ganguan artikulasi adalah problem dalam pelafalan kata secara benar. Ganguan suara tampak dalam bicara yang terlalu keras, kasar atau terlalu lemah. Anak dengan bibir sumbing biasanya mengalami ganguan jenis ini. Ganguan kefasihan biasanya kita kenal dengan istilah “gagap”. Ganguan bahasa adalah kerusakan signifikan dalam bahasa resektif dan ekpresi anak. Bahasa reseptif adalah penerimaan dan pemahaman bahasa. Bahasa ekpresif adalah bahasa untuk mengekpresikan pikiran seseorang dan berkomunikasi dengan orang lain.
Ketidakmampuan Belajar
Anak dengan ganguan atau ketidakmampuan belajar biasanya punya kecerdasan normal atau lebih, mereka setidaknya kesulitan dalam satu bidang akademik atau lebih, dan kesulitan itu tidak berkaitan dengan ganguan yang lain seperti retardasi mental. Mendiagnosis apakah anak punya ganguan belajar atau tidak adalah tugas sulit. Kemungkinan anak lelaki punya ganguan belajar adalah tiga kali lebih banyak ketimbanga anka perempuan. Dyslexia adalah ganguan parah dalam kemampuan membaca dan mengeja. Anak dengan ketidakmampuan belajar kerap mengalami kesulitan menulis dengan tangan, menngeja atau menyusun kalimat, dan kesulitan dalam bidang matematika. Ada kontroversi seputar kategori “ketidakmampuan belajar” beberapa kritikus percaya bahwa kategori itu adalah hasil dari diagnosis yang berlebihan; yang lainnya tidak percaya. Diagnosis sulit terutama untuk ganguan yang ringan. Identifikasi awal terhadap anak yang mungkin menderita ganguan belajar sering sekali dilakukan oleh guru dikelas, yang kemudian meminta ahli untuk mengevaluasi anak itu. Banyak intervensi untuk ketidakmampuan belajar difokukan pada kemampuan membaca dan mencangkup sterategi seperti peningkatan keterampilan decoding. Keberhasilan intervensi akan tergantung kepada training dan keahlian guru.
Attention Deficit Hiperactivity Disorder
Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) adalah ketidakmampuan dimana anak menunjukkan problem yang terus-menerus, ciri=cirinya seperti : kurang perhatian , hiperaktif, dan impulsif. Walaupun tanda-tanda ADHD mungkin ada dimasa kanak-kanak awal, diagnosis ADHD sering kali baru dilakukan pada masa SD. Bnayak pakar merekomendasi kembinasi intervensi medis, akademik, dan behavioral untuk membantu murid ADHD belajar menyesuaikan diri.
Ganguan Perilau dan Emosional
Ganguan perilaku dan emosional terdiri dari problem serius yang menyangkut hubungan, agresi, depresi, rasa takut yand diasosiasikan dengan persoalan personal atau sekolah, dan ganguan sosioemosional lainnya. Istilah ganguan emosional serius belakangan inin= dipakai untuk mendeskripsikan kategori ganguan ini, walaupun banyak krtikan. Dalam perilaku yang sangat agresif dan tidak dapat dikontrol, murid akan dikeluarkan dari kelas. Problem ini lebih banyak dialami anak lelaki ketimbang anak perempuan. Problem depresi, kecemasan, takut, dan memendam perasaan biasanya lebih banyak dialami anak perempuan ketimbang anak lelaki.
Anak Berbakat
Anak berbakat biasanya punya kecerdasan diatas rata-rata ( IQ ± 130 atau punya bakat u ggul di berbagai bidang, seperti seni, musik, atau matematika). Beberapa kritikus mengatakan bahwa program anak berbakat terlalu banyak memasukkan anak berkulit putih non-Latino yang hanya cerdas biasa dan biasanya kooperatif. Winner mendeskripsikan anak berbakat sebagai anak yang punya tiga karakteristik utama: matang sebelum waktunya, belajar menuruti kemauan mereka sendiri, dan semangat untuk menguasai.
Studi Terman mengungkapkan kehidupan banyak anak sukses yang berbakat. Banyak anak dalam studi Terman bukan hanya punya IQ tinggi, tetepi juga berasal dari keluarga kelas menengah keatas dimana orang tuanya memantau dan membimbing prestasi mereka. Kebanyakan anak berbakat tidak punyaganguan emosional. Aank berbakat yang tidak merasa tertantang dapat menimbulkan problem disekolah.
Program sekolah yang tersedia untuk anak berbakat antara lain yaitu kelas khusus (program “pullout”), akselerasi, pengayaan, mentor, dan program pelatihan, serta program kerja/studi pelayanan masyarakat. Debat difokuskan pada apakah program akselerasi atau pengayaan adalah yang paling baik bagia anak berbakat. Aank berbakat amakin banyak didik dikelas reguler. Beberapa pakar merekomendasikan agar standar di kelas dinaikkan sehingga membantu anakberbakat, walaupun program seperti mentoring dan pelajaran tambahan mungkin diperlukan anak berbakat yang merasa tidak tertantang.
Langganan:
Postingan (Atom)